Perjalanan ke Burangrang ini dimajukan waktunya ke hari Sabtu atas inisiatif mr Bujur dengan alasan yang ikutan akan lbh banyak. Walaupun kenyataannya yang berangkat tetap saja jumlahnya tidak ada perubahan.yaitu Opi, Bujur, Oo, saya, Yeni, Denham, Jahe dan temannya Bp dosen Sabri yang berusia 65 thn. Akhirnya sabtu pagi jam 7 kita berangkat ke areal Cijangel dan parkir mobil di depan portal jalan yang menuju keareal Pesantren DT.
Dari situ dimulailah petualangan berjalan kaki kita. Mr Bujur sebagai gentleman membawakan ransel ibu Yeni yang penuh dengan ransum untuk dua harieun. Kita jalan kaki menuju pintu gerbang yang anak-anak suka bilang Lawangangin (tau bener yang itu atau bukan soalnya Lawangangin nya pak Opi lain lagi).
Dari situ belok kiri masuk ke bukit Teletubies (ada tulisannya), terus masuk ke hutan pinus. Teman mr Jahe, Bpk Sabri ternyata pejalan kaki tangguh dan semua mengakui ketangguhannya. Dari situ baru deh jalannya nanjak beneran. Mr Bujur menolak saran Opi untuk mengoperkan saja ranselnya itu dengan pertimbangan berat badan mr Bujur ditambah bobot rangsel akan mengakibatkan beban berlebihan untuk lutut yang tidak bersalah. Tapi sebagai gentleman mr Bujur menolak walaupun wajah sudah terlihat pias dan napas sdh tersengal-sengal.
nanjak...
Lama kelamaan jalan makin nanjak sampai sampai terpikir kenapa ide naik gunung burangrang sepertinya ide bagus waktu masih dirumah didepan komputer? Ternyata perjalanan naik gunung itu nanjak ya…
Tanjakan pertama yang cukup terjal berakhir di pelataran pertama. Disitu kita menunggu mr Bujur and Oo. Akhirnya Oo muncul sendirian melapor kalo mr Bujur melakukan pemogokan jalan. Akhirnya Opi turun lagi untuk menengok dan memarahi mr Bujur karena tidak mematuhi nasihat dan kembali sendirian dengan membawa ransel berisi ransum yang banyak itu. Rupanya mr Bujur yang sudah keleyengan sudah diberi bekal cukup makanan dan minuman dan disuruh menunggu saja disitu sambil berdoa semoga tidak ada mahluk hutan yang berminat menculiknya.
Dari jalur perjalanan ini terlihat bahwa Burangrang punya beberapa puncak sampai yang tertinggi yang paling kiri. Nah jadi perjalanan ke puncak gunung ini jalurnya naik-turun-naik lima kali dan pulangnya juga tetep turun-naik-turun 5 kali juga. Pokoknya dijamin pararegel deh. Akhirnya dengan penuh perjuangan kita sampai dipuncak burangrang dengan ketinggian 2050 dpl. Lalu kita ngaso lagi deh ga tau yang keberapa kalinya.
Walaupun cape tapi perjalanan sangat menyenangkan, pemandangan luar biasa indah dan perasaan riang gembira. Makasih ya mr Opi udh nunjukin jalan, lain kali kita jalan lagi, okei? Buat mr Bujur jangan kecewa, fotonya dipuncak burangrang teuteup ada kok.
hampir sampai ke puncak
this walk dedicated to mr bujur
bu Yeni perlu diyakinkan bahwa batu peringatan ini tidak berhubungan dengan orang yang dikenalnya.
Dari situ dimulailah petualangan berjalan kaki kita. Mr Bujur sebagai gentleman membawakan ransel ibu Yeni yang penuh dengan ransum untuk dua harieun. Kita jalan kaki menuju pintu gerbang yang anak-anak suka bilang Lawangangin (tau bener yang itu atau bukan soalnya Lawangangin nya pak Opi lain lagi).
Dari situ belok kiri masuk ke bukit Teletubies (ada tulisannya), terus masuk ke hutan pinus. Teman mr Jahe, Bpk Sabri ternyata pejalan kaki tangguh dan semua mengakui ketangguhannya. Dari situ baru deh jalannya nanjak beneran. Mr Bujur menolak saran Opi untuk mengoperkan saja ranselnya itu dengan pertimbangan berat badan mr Bujur ditambah bobot rangsel akan mengakibatkan beban berlebihan untuk lutut yang tidak bersalah. Tapi sebagai gentleman mr Bujur menolak walaupun wajah sudah terlihat pias dan napas sdh tersengal-sengal.
nanjak...
Lama kelamaan jalan makin nanjak sampai sampai terpikir kenapa ide naik gunung burangrang sepertinya ide bagus waktu masih dirumah didepan komputer? Ternyata perjalanan naik gunung itu nanjak ya…
Tanjakan pertama yang cukup terjal berakhir di pelataran pertama. Disitu kita menunggu mr Bujur and Oo. Akhirnya Oo muncul sendirian melapor kalo mr Bujur melakukan pemogokan jalan. Akhirnya Opi turun lagi untuk menengok dan memarahi mr Bujur karena tidak mematuhi nasihat dan kembali sendirian dengan membawa ransel berisi ransum yang banyak itu. Rupanya mr Bujur yang sudah keleyengan sudah diberi bekal cukup makanan dan minuman dan disuruh menunggu saja disitu sambil berdoa semoga tidak ada mahluk hutan yang berminat menculiknya.
Dari jalur perjalanan ini terlihat bahwa Burangrang punya beberapa puncak sampai yang tertinggi yang paling kiri. Nah jadi perjalanan ke puncak gunung ini jalurnya naik-turun-naik lima kali dan pulangnya juga tetep turun-naik-turun 5 kali juga. Pokoknya dijamin pararegel deh. Akhirnya dengan penuh perjuangan kita sampai dipuncak burangrang dengan ketinggian 2050 dpl. Lalu kita ngaso lagi deh ga tau yang keberapa kalinya.
Walaupun cape tapi perjalanan sangat menyenangkan, pemandangan luar biasa indah dan perasaan riang gembira. Makasih ya mr Opi udh nunjukin jalan, lain kali kita jalan lagi, okei? Buat mr Bujur jangan kecewa, fotonya dipuncak burangrang teuteup ada kok.
hampir sampai ke puncak
this walk dedicated to mr bujur
bu Yeni perlu diyakinkan bahwa batu peringatan ini tidak berhubungan dengan orang yang dikenalnya.
Comments
besoknya langsung tuh pegel-pegel..