Seorang rekan di Yogya merekomendasikan kami untuk makan di House of Raminten. Alamatnya di Jl. FM Noto No. 7 Kotabaru Yogyakarta. Katanya yang punya sama dengan yang punya Mirota. Dia hanya bilang makanannya nasi kucing. So pergilah kami kesana. Ternyata..di malam minggu itu, tempatnya rame banget, pengunjung sampai meluber ketempat parkir, dan ada jejeran tempat duduk untuk menunggu masuk saking penuhnya. Dari luar tempatnya terlihat seperti tempat hang out funky anak muda, banyak lampu-lampu di halaman dan layar lebar. Ada kereta kuda dipajang di luar.
Barangkali yang paling mengagetkan saya adalah ternyata pelayan perempuannya mengenakan kemben (!) dan pelayan prianya memakai kostum yang pasti sangat disetujui Mas Guruh Sukarnoputra, bawahan kain batik dengan rompi, dan dasi tanpa blus. Saya berpikir mengenai kemben ini..kayaknya di Bandung bakal banyak yang protes nih kalo ada yg kayak gini..baju jaipong aja udah pake tangan panjang sekarang :P
foto dari rizakasela
gambar dari mikael-adiyuniarto
Mas yang ini pake kaos, yang saya lihat dulu sih semuanya no shirt dan pake dasi kupu-kupu gitu..
Gak terlalu lama menunggu ternyata kita sudah bisa masuk..Didalam suasana random mulai terasa. Bau nya kemenyan, dan hio-hio ditancap disana-sini, kembang-kembang disimpan di wadah-wadah dimana-mana, lagunya gending jawa. Tempatnya luar biasa penuh, ada kursi ada juga yang lesehan, lampu rambat dilangit-langit dan elemen-elemen jawa klenik menjadikan suasana yang campur aduk, aneh, dan menyenangkan. Kamipun memesan pesanan, tidak lupa memesan minuman yang khas disana, wedang uwuh (sampah!) dan wedang serai. Berhubung lapar sekali kamipun memesan nasi kucingnya double dan triple!
Karena penasaran saya mulai menjelajah restoran yang tidak terlalu besar ini. Sebetulnya tempat ini merupakan teras sebuah rumah besar, ada pendopo dan dek keatas. Ruangan rumah ada yang sengaja dibuka, tapi dalemnya gelap remang-remang, dan percaya atau nggak, ada ibu-ibu tua berkostum emban keraton duduk disana sendirian. Apa dia itu bagian dari aksesoris atau apa ya..sedang ruangan itu sendiri semacam museum dengan foto-foto (barangkali) pemilik rumah, furniture antik dan tidak lupa bau kemenyan dan bunga-bunga lagi. Juga ada sadel kuda.
Berhubung panggilan tubuh, saya mencari toilet, yang ternyata saya disuruh jalan terus kebagian belakang restoran, melewati tempat cuci piring yang tampak ala kadarnya dengan baskom-baskom tergeletak dilantai (!) dan.....saya menemukan KEJUTAN TERBESAR MALAM ITU!!
Barangkali ini puncak pengalaman yang paling tidak nyata di House of Raminten ini..karena jalan menuju toilet saya harus lewat gang sempit yang di kanan dan kirinya ada..kandang kuda lengkap dengan kudanya! bukan cuma satu, dua..tapi tiga!! Its totally a RANDOM experience.
Saya sampai lupa kondisi toiletnya, tapi sepertinya normal dan bersih. Waktu keluar saya perhatikan bahwa kuda-kuda disitu adalah kuda pilihan dan bagus-bagus, besar-besar. Mereka sedang makan rumput. Dan agak bau juga sih kandangnya..
Sebetulnya ada yang aneh lagi disini..di lantai dekat wastafel ternyata ada...bak jacuzzi! hehe.. nyentrik banget dah! Selain itu banyak tempelan di tembok berbahasa jawa tulisannya 'kalo agak lama harap maklum karena kami 'kenthir' ' maka jangan terlalu berharap dengan pelayanan disini..
foto dari rizakasela
Akhirnya pesanan pun datang. Makanannya sangat-sangat biasa saja, dan menurut saya wedang uwuhnya lebih enak daripada wedang serai. Wedang serai disajikan di gelas super tinggi kurang lebih 40 cm deh..Dan oh ya..makanan disini sangat murah lho..
Wedang Uwuh, gambar dari sini
Keliatannya konsep House of Raminten ini seperti guyon-guyonan, seenak-enaknya..tapi sukses. Disini ada unsur kejutan, mistik dan funky. Walaupun seenaknya tapi bukan berarti gak pake modal, dan yang penting sukses kan?
Oh ya sedangkan Raminten ini sendiri sepertinya tokoh ludruk. Dari foto-fotonya kelihatannya Ibu ini diperankan oleh laki-laki.
Yang paling saya sayangkan malam itu kami bertiga tustelnya semua HABIS BATERE setelah siangnya kesetanan motret-motret di beberapa spot. Dan tidak ada yang motret paka hape juga ya..heran deh.
Barangkali yang paling mengagetkan saya adalah ternyata pelayan perempuannya mengenakan kemben (!) dan pelayan prianya memakai kostum yang pasti sangat disetujui Mas Guruh Sukarnoputra, bawahan kain batik dengan rompi, dan dasi tanpa blus. Saya berpikir mengenai kemben ini..kayaknya di Bandung bakal banyak yang protes nih kalo ada yg kayak gini..baju jaipong aja udah pake tangan panjang sekarang :P
foto dari rizakasela
gambar dari mikael-adiyuniarto
Mas yang ini pake kaos, yang saya lihat dulu sih semuanya no shirt dan pake dasi kupu-kupu gitu..
Gak terlalu lama menunggu ternyata kita sudah bisa masuk..Didalam suasana random mulai terasa. Bau nya kemenyan, dan hio-hio ditancap disana-sini, kembang-kembang disimpan di wadah-wadah dimana-mana, lagunya gending jawa. Tempatnya luar biasa penuh, ada kursi ada juga yang lesehan, lampu rambat dilangit-langit dan elemen-elemen jawa klenik menjadikan suasana yang campur aduk, aneh, dan menyenangkan. Kamipun memesan pesanan, tidak lupa memesan minuman yang khas disana, wedang uwuh (sampah!) dan wedang serai. Berhubung lapar sekali kamipun memesan nasi kucingnya double dan triple!
Karena penasaran saya mulai menjelajah restoran yang tidak terlalu besar ini. Sebetulnya tempat ini merupakan teras sebuah rumah besar, ada pendopo dan dek keatas. Ruangan rumah ada yang sengaja dibuka, tapi dalemnya gelap remang-remang, dan percaya atau nggak, ada ibu-ibu tua berkostum emban keraton duduk disana sendirian. Apa dia itu bagian dari aksesoris atau apa ya..sedang ruangan itu sendiri semacam museum dengan foto-foto (barangkali) pemilik rumah, furniture antik dan tidak lupa bau kemenyan dan bunga-bunga lagi. Juga ada sadel kuda.
Berhubung panggilan tubuh, saya mencari toilet, yang ternyata saya disuruh jalan terus kebagian belakang restoran, melewati tempat cuci piring yang tampak ala kadarnya dengan baskom-baskom tergeletak dilantai (!) dan.....saya menemukan KEJUTAN TERBESAR MALAM ITU!!
Barangkali ini puncak pengalaman yang paling tidak nyata di House of Raminten ini..karena jalan menuju toilet saya harus lewat gang sempit yang di kanan dan kirinya ada..kandang kuda lengkap dengan kudanya! bukan cuma satu, dua..tapi tiga!! Its totally a RANDOM experience.
Saya sampai lupa kondisi toiletnya, tapi sepertinya normal dan bersih. Waktu keluar saya perhatikan bahwa kuda-kuda disitu adalah kuda pilihan dan bagus-bagus, besar-besar. Mereka sedang makan rumput. Dan agak bau juga sih kandangnya..
Sebetulnya ada yang aneh lagi disini..di lantai dekat wastafel ternyata ada...bak jacuzzi! hehe.. nyentrik banget dah! Selain itu banyak tempelan di tembok berbahasa jawa tulisannya 'kalo agak lama harap maklum karena kami 'kenthir' ' maka jangan terlalu berharap dengan pelayanan disini..
foto dari rizakasela
Akhirnya pesanan pun datang. Makanannya sangat-sangat biasa saja, dan menurut saya wedang uwuhnya lebih enak daripada wedang serai. Wedang serai disajikan di gelas super tinggi kurang lebih 40 cm deh..Dan oh ya..makanan disini sangat murah lho..
Wedang Uwuh, gambar dari sini
Keliatannya konsep House of Raminten ini seperti guyon-guyonan, seenak-enaknya..tapi sukses. Disini ada unsur kejutan, mistik dan funky. Walaupun seenaknya tapi bukan berarti gak pake modal, dan yang penting sukses kan?
Oh ya sedangkan Raminten ini sendiri sepertinya tokoh ludruk. Dari foto-fotonya kelihatannya Ibu ini diperankan oleh laki-laki.
Yang paling saya sayangkan malam itu kami bertiga tustelnya semua HABIS BATERE setelah siangnya kesetanan motret-motret di beberapa spot. Dan tidak ada yang motret paka hape juga ya..heran deh.
Comments