Di acara-acara masak memasak Asian Food Channel kadang-kadang sang chef menggunakan garam yang dia sebut sebagai ‘sea salt’. Pikiran jadi bertanya-tanya, memangnya garam yang tiap hari dipakai di dapur bukan garam laut?
Ternyata istilah ‘garam laut’ sepertinya digunakan untuk garam yang belum di refinasi (unrefined) atau belum dihaluskan secara kimia. ‘Sea salt’ sepertinya sedang booming bersamaan dengan gerakan hidup sehat dan gaya hidup hijau.
Suatu hari saya ingin mencoba resep gulali kacang dari web David Lebowitz ini karena gampang, dan tentu saja sekalian penasaran dengan sea salt, saya mencarinya di supermarket khusus yang bahan-bahannya lengkap. Ternyata sea saltnya mahal hay hay! Ada yang sebotol 50 ribu, 60 ribu... gubrak! Setelah cari-cari yang buatan Indonesia saya dapat harga yang paling manusiawi dari javara sekitar 11 ribu satu botol kecil ukuran salt shaker dengan judul ‘fleur de sel’ (kembang garam). Ada juga yang merek Big Tree Farms sekitar 30 ribuan dengan ukuran yang lebih besar (barangkali 250 gr).
Anywaybusway sesudah itu saya buat deh gulali kacang, gak lupa terakhirnya aku perciki pakai garam mahal itu.. dicoba-cobain.. beda gak ya ama pake garam biasa? Coba lagi, coba lagi.. hehehe. Sepertinya sih memang beda, garam ini karena ukuran kristalnya besar-besar masih pating nempel di kacangnya, lidah nyari-nyari asin asin yang gak merata itu, dan asinnya juga gak ada rasa pahitnya. Pokoknya suamiku yang agak cerewet soal makanan ternyata suka! Hehe.. gak nyesel deh. Walaupun gak boleh sering-sering buat kacang ini, harus udah mulai ngurangin gula!
Garam ini katanya bagus untuk salad (barangkali kalau kita bagus juga untuk lotek/karedok tapi garamnya jangan diulek, diawurin diatas saladnya biar masih pating grendul), malahan untuk hiasan diatas coklat.
Dan setelah membeli garam ini saya baru sadar bahwa produsen garam Bali ini sudah go international. Ketika Indonesia import garam dapur dia tenang-tenang aja ekspor garam mahal. Nanti saya certain lagi tentang Big Tree Farms ini, patut dijadikan pelajaran untuk industi kreatif kita!
Ternyata istilah ‘garam laut’ sepertinya digunakan untuk garam yang belum di refinasi (unrefined) atau belum dihaluskan secara kimia. ‘Sea salt’ sepertinya sedang booming bersamaan dengan gerakan hidup sehat dan gaya hidup hijau.
Suatu hari saya ingin mencoba resep gulali kacang dari web David Lebowitz ini karena gampang, dan tentu saja sekalian penasaran dengan sea salt, saya mencarinya di supermarket khusus yang bahan-bahannya lengkap. Ternyata sea saltnya mahal hay hay! Ada yang sebotol 50 ribu, 60 ribu... gubrak! Setelah cari-cari yang buatan Indonesia saya dapat harga yang paling manusiawi dari javara sekitar 11 ribu satu botol kecil ukuran salt shaker dengan judul ‘fleur de sel’ (kembang garam). Ada juga yang merek Big Tree Farms sekitar 30 ribuan dengan ukuran yang lebih besar (barangkali 250 gr).
Anyway
Garam ini katanya bagus untuk salad (barangkali kalau kita bagus juga untuk lotek/karedok tapi garamnya jangan diulek, diawurin diatas saladnya biar masih pating grendul), malahan untuk hiasan diatas coklat.
Dan setelah membeli garam ini saya baru sadar bahwa produsen garam Bali ini sudah go international. Ketika Indonesia import garam dapur dia tenang-tenang aja ekspor garam mahal. Nanti saya certain lagi tentang Big Tree Farms ini, patut dijadikan pelajaran untuk industi kreatif kita!
Comments
Tks.