Orientasi = Plonco?

Ini pengalaman waktu masih kerja jaman dahulu kala.  Pekerjaan pertama saya adalah di sebuah outlet fastfood franchise Amerika di Jakarta.  Kenapa saya menekankan kata franchise Amerika karena ini adalah bagian penting yang saya pelajari ditempat ini yang tidak bakalan saya dapat kalau kerja di restoran lain.  Saya mempelajari sangat banyak hal disini, dan saya tidak ragu untuk mengatakan tempat ini sebagai tempat saya bersekolah secara informal.

APARRI B&W (8)
Gambar dari flickr


Setelah diterima disini, para karyawan restoran baru baik calon manajer maupun crew harus diberi ‘orientasi’.  Tapi orientasi disini ternyata tidak membuat deg-deg an seperti yang selama ini kita alami kalau masuk SMP, SMA maupun kuliah, orientasi disini sama sekali tidak ada hubungannya dengan perpeloncoan.

Orientasi dilakukan oleh seorang manajer, dan berlangsung hanya selama 2-3 jam saja.  Mula-mula para karyawan baru diajak menonton video selamat datang, yang menggambarkan kehebatan perusahaan.  Dalam video itu digambarkan betapa beruntungnya para karyawan baru diterima disini sebuah perusahaan yang berkomitmen terhadap ini.. itu.. bla bla bla dst.  Setelah itu manajer menggunakan sebuah flip book (buku seperti kalender meja) dengan ilustrasi yang sisi luarnya dilihat oleh pendengar dan sisi dalamnya untuk manajer.  Manajer menerangkan mengenai hal-hal seperti: jadwal kerja, seragam, kebersihan dan kerapian diri, kapan gajian, masa percobaan tiga bulan, kapan dilakukan penilaian performans tahunan, masalah training dst.  (oh ya, juga mengenai keharusan mencuci tangan dan caranya!).  Dalam sesi ini juga dilakukan tanya jawab untuk yang belum paham.  Setelah itu para karyawan baru diajak melakukan ‘store tour’ atau tur keliling restoran.  Ditunjukkan dimana bisa melihat skejul kerja, dapur, lobby, ruang para manager, area servis, area belakang, area delivery, halaman parkir dan seterusnya.  Paling menarik waktu kita pertama kali diajak masuk kedalam walk in chiller dan freezer, chiller dan freezer sebesar ruangan dan kita bisa masuk kedalamnya.

Selama orientasi manajer yang bertugas harus membuat situasi semenyenangkan mungkin.  Dia harus ramah, memperkenalkan diri dan memperkenalkan karyawan-karyawan lain disekitar orientasi dilakukan.  Semua karyawan lama akan memberikan tabik dengan senyum lebar dan diperkenalkan namanya oleh manajer.  Dalam survey yang dilakukan perusahaan diketahui bahwa orientasi yang ‘betul’ (proper) akan menekan jumlah karyawan yang keluar (crew turn over) dan karyawan akan lebih betah dan loyal terhadap perusahaan.  Karyawan baru akan merasa diterima dan tidak merasa ditelantarkan.

Selesai masa orientasi dimulailah masa training.  Setiap crew baru mendapat satu orang ‘buddy’ atau rekan yang akan membimbingnya sebisanya tapi bukan sebagai crew trainer.  Skejul crew baru mengikuti ‘buddy’nya.  Dia juga akan dijadwalkan untuk mengikuti training dengan seorang crew trainer, misalnya kalau dia mau diarahkan di kitchen, belajar memanggang burger.  Untuk seorang trainee manager, dimulailah suatu masa bekeringat penuh airmata untuk mempelajari semua ‘station’ yang ada di restoran sambil tetap harus membaca basic operation manual yang tebalnya melebihi bantal.

Membandingkan orientasi ini dengan orientasi yang dilakukan siswa-siswa baru, saya berpendapat itu bukan orientasi, tapi sebuah perpeloncoan.  Mengucir rambut 10 buah dan kaus kaki satu digulung satu panjang bukan orientasi, itu mempermalukan orang lain.  Tujuannya supaya apa? Entah……

Comments