Sebetulnya tidak begitu kaget ketika pengumuman quick count hasilnya kemenangan untuk Tim Rido alias Ridwan Oded. Sebabnya, saudara dan tetangga yang biasanya punya pilihan berbeda kali ini semuanya bilang mau pilih no 4, wow.. hebat nih, bisa menang pak Ridwan, pikir saya.
Terus terang saya pribadi dari awal sudah mau pilih pak Ridwan Kamil, tetapi langkahnya untuk bergabung dengan PKS betul-betul membuat saya berpikir untuk memilihnya. Sampai sehari sebelum pemilihan akhirnya saya memutuskan mau memilihnya, daripada Bandung gini-gini aja, tambah ancur 5 tahun lagi… gak rido … siapa tau suara dari saya bisa menambah jumlah kemenangannya.
Sesudah beliau dikabarkan menang quick count, barulah saya melihat visi misinya yang dibuat di youtube. Beberapa visi saya sangat setuju, antaranya pembelian lahan dipemukiman padat untuk penghijauan, transportasi umum (walaupun menurut saya monorail terlalu sedikit mengangkut penumpangnya dibandingkan trem), Bandung yang kekurangan gorong-gorong (dan jangan lupa, kolam-kolam penampungan air), taman tematik, pemberdayaan satpol PP, kampung mandiri tematik. Selain itu ada beberapa catatan saya untuk beliau, kalau berkenan menerima masukan. Ini diantaranya:
1. Banyaknya sumbangan masyarakat. Saya melihat visi misi pak Ridwan masih seperti orang luar (outsider) pemerintahan , bukan sebagai orang nomor 1 Bandung.
Contohnya:
• pembelian lahan diperkampungan padat dananya dari sumbangan warga, wakaf, terakhir baru dibeli pemkot.
• Program-program perawatan taman kota yang rencananya akan dirawat oleh masing-masing komunitas.
• kartu juara untuk perorangan yang menyumbang kepada pemkot dll.
Saya pikir pak Emil harus meninjau dan memanfaatkan dengan efektif APBD kota Bandung yang sebesar 3,9 triliun. Saya kurang tahu dengan UU mengenai pemberian sumbangan kepada pemerintahan kota, pastinya ada pembatasan-pembatasan untuk tidak dikatakan sebagai suap dlsb. Tetapi lain halnya jika yang dimanfaatkan adalah dana CSR dari perusahaan-perusahaan yang sudah mendapatkan banyak keuntungan.
Tidak diragukan kemampuan pak Emil dalam menggerakkan masyarakat melalui media sosial. Hal ini merupakan modal yang sangat besar untuk mensosialisasikan program-program beliau. Yang lebih sulit sepertinya membentuk tim yang membantu walikota 24/7 yaitu para PNS pemkot yang akan menjadi bawahan pak Emil. Dari visi misi memang tidak ditampilkan langkah-langkah apa yang akan dilakukan kedalam, sebaiknya pak Emil sudah menyiapkan langkah-langkah tersebut agar program-programnya berjalan bukannya dibantu oleh orang-orang luar, tetapi oleh timnya sendiri. Saya pikir ini langkah yang cukup sulit dan harus dilakukan secepatnya agar tidak mengganggu kerja beliau.
Bukannya menolak partisipasi warga masyarakat dalam pembangunan kota Bandung, tapi seharusnya penyelenggara pemerintahan harus semakin kreatif untuk menciptakan peluang-peluang baru untuk mendapatkan lebih banyak pemasukan untuk kota, menciptakan pemerintahan kota yang mandiri dan berwibawa.
2. Tidak adanya visi untuk kesehatan masyarakat. Barangkali belum terpikirkan. Bisa mulai dari pemberdayaan puskesmas-puskesmas, penanganan penyakit infeksi dan sosialisasi kesehatan untuk pencegahan penyakit hipertensi dan diabetes.
3. Penanganan sampah dilakukan oleh masing-masing keluarga. Ini sebuah utopia. Tidak semua keluarga memiliki waktu dan dedikasi yang sama untuk mengolah sampah mereka menjadi kompos. Program ini bagus untuk membantu proyek persampahan, tapi tidak bisa dijadikan program utama. Seperti semua kota besar dunia, Kota Bandung harus mempunyai pabrik pembakaran sampah (incinerator), tentu saja setelah sampahnya dipilah-pilah. Jadi sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat adalah pemilahan sampah, sedangkan pemkot harus membuat incinerator.
4. Transportasi umum yang terintegrasi. Dari bandara dan stasiun kereta api ada bus yang saling terhubung. Ajak wisatawan yang ke Bandung untuk naik transportasi umum.
5. Revitalisasi Distrik Pusat Bisnis di Kota lama. Untuk menambah pendapatan kota, areal kota lama Bandung harus dihidupkan lagi. Sekarang area jl. Asia Afrika, Otista Pasar Baru, Braga hingga ke Jl. Sudirman bisa dikatakan hidup tapi mati. Banyak kendaraan lewat, tetapi toko-toko tutup, ironis untuk areal ditengah kota. Bekas toko didepan kator pos besar ditumbuhi pepohonan, gelandangan bertiduran didalamnya. Selesaikan segera masalah sertifikasinya, apakah mau dibuat SHM atau tetap HGB atau bagaimana. Buat gedung-gedung parkir yang memadai setiap jarak tertentu, ini akan menghidupkan lagi areal pertokoan disini yang tidak punya lahan parkir. Fasad bersejarah harus dipertahankan. Ah, pak Emil pasti lebih jago soal ini. Undang retailer-retailer kondang untuk buka outletnya di sini. Juga Gedung Palaguna yang mengerikan itu, kalau tidak salah itu aset pemkot (?), alangkah baiknya menjadi Perpustakaan Besar Bandung, pusat segala macam komunitas beraktifitas, melambangkan Bandung yang berbudaya, dibelakangnya ada sungai yang bisa dibuat seperti Clarke Quay Singapura…. Semoga bukan mimpi.
Selamat untuk pak Ridwan Kamil, ini masukan hanya dari seorang warga kota yang menaruh harapan besar kepada Bapak. Selamat bekerja, kami selalu dibelakang Bapak!
Terus terang saya pribadi dari awal sudah mau pilih pak Ridwan Kamil, tetapi langkahnya untuk bergabung dengan PKS betul-betul membuat saya berpikir untuk memilihnya. Sampai sehari sebelum pemilihan akhirnya saya memutuskan mau memilihnya, daripada Bandung gini-gini aja, tambah ancur 5 tahun lagi… gak rido … siapa tau suara dari saya bisa menambah jumlah kemenangannya.
Sesudah beliau dikabarkan menang quick count, barulah saya melihat visi misinya yang dibuat di youtube. Beberapa visi saya sangat setuju, antaranya pembelian lahan dipemukiman padat untuk penghijauan, transportasi umum (walaupun menurut saya monorail terlalu sedikit mengangkut penumpangnya dibandingkan trem), Bandung yang kekurangan gorong-gorong (dan jangan lupa, kolam-kolam penampungan air), taman tematik, pemberdayaan satpol PP, kampung mandiri tematik. Selain itu ada beberapa catatan saya untuk beliau, kalau berkenan menerima masukan. Ini diantaranya:
1. Banyaknya sumbangan masyarakat. Saya melihat visi misi pak Ridwan masih seperti orang luar (outsider) pemerintahan , bukan sebagai orang nomor 1 Bandung.
Contohnya:
• pembelian lahan diperkampungan padat dananya dari sumbangan warga, wakaf, terakhir baru dibeli pemkot.
• Program-program perawatan taman kota yang rencananya akan dirawat oleh masing-masing komunitas.
• kartu juara untuk perorangan yang menyumbang kepada pemkot dll.
Saya pikir pak Emil harus meninjau dan memanfaatkan dengan efektif APBD kota Bandung yang sebesar 3,9 triliun. Saya kurang tahu dengan UU mengenai pemberian sumbangan kepada pemerintahan kota, pastinya ada pembatasan-pembatasan untuk tidak dikatakan sebagai suap dlsb. Tetapi lain halnya jika yang dimanfaatkan adalah dana CSR dari perusahaan-perusahaan yang sudah mendapatkan banyak keuntungan.
Tidak diragukan kemampuan pak Emil dalam menggerakkan masyarakat melalui media sosial. Hal ini merupakan modal yang sangat besar untuk mensosialisasikan program-program beliau. Yang lebih sulit sepertinya membentuk tim yang membantu walikota 24/7 yaitu para PNS pemkot yang akan menjadi bawahan pak Emil. Dari visi misi memang tidak ditampilkan langkah-langkah apa yang akan dilakukan kedalam, sebaiknya pak Emil sudah menyiapkan langkah-langkah tersebut agar program-programnya berjalan bukannya dibantu oleh orang-orang luar, tetapi oleh timnya sendiri. Saya pikir ini langkah yang cukup sulit dan harus dilakukan secepatnya agar tidak mengganggu kerja beliau.
Bukannya menolak partisipasi warga masyarakat dalam pembangunan kota Bandung, tapi seharusnya penyelenggara pemerintahan harus semakin kreatif untuk menciptakan peluang-peluang baru untuk mendapatkan lebih banyak pemasukan untuk kota, menciptakan pemerintahan kota yang mandiri dan berwibawa.
2. Tidak adanya visi untuk kesehatan masyarakat. Barangkali belum terpikirkan. Bisa mulai dari pemberdayaan puskesmas-puskesmas, penanganan penyakit infeksi dan sosialisasi kesehatan untuk pencegahan penyakit hipertensi dan diabetes.
3. Penanganan sampah dilakukan oleh masing-masing keluarga. Ini sebuah utopia. Tidak semua keluarga memiliki waktu dan dedikasi yang sama untuk mengolah sampah mereka menjadi kompos. Program ini bagus untuk membantu proyek persampahan, tapi tidak bisa dijadikan program utama. Seperti semua kota besar dunia, Kota Bandung harus mempunyai pabrik pembakaran sampah (incinerator), tentu saja setelah sampahnya dipilah-pilah. Jadi sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat adalah pemilahan sampah, sedangkan pemkot harus membuat incinerator.
4. Transportasi umum yang terintegrasi. Dari bandara dan stasiun kereta api ada bus yang saling terhubung. Ajak wisatawan yang ke Bandung untuk naik transportasi umum.
5. Revitalisasi Distrik Pusat Bisnis di Kota lama. Untuk menambah pendapatan kota, areal kota lama Bandung harus dihidupkan lagi. Sekarang area jl. Asia Afrika, Otista Pasar Baru, Braga hingga ke Jl. Sudirman bisa dikatakan hidup tapi mati. Banyak kendaraan lewat, tetapi toko-toko tutup, ironis untuk areal ditengah kota. Bekas toko didepan kator pos besar ditumbuhi pepohonan, gelandangan bertiduran didalamnya. Selesaikan segera masalah sertifikasinya, apakah mau dibuat SHM atau tetap HGB atau bagaimana. Buat gedung-gedung parkir yang memadai setiap jarak tertentu, ini akan menghidupkan lagi areal pertokoan disini yang tidak punya lahan parkir. Fasad bersejarah harus dipertahankan. Ah, pak Emil pasti lebih jago soal ini. Undang retailer-retailer kondang untuk buka outletnya di sini. Juga Gedung Palaguna yang mengerikan itu, kalau tidak salah itu aset pemkot (?), alangkah baiknya menjadi Perpustakaan Besar Bandung, pusat segala macam komunitas beraktifitas, melambangkan Bandung yang berbudaya, dibelakangnya ada sungai yang bisa dibuat seperti Clarke Quay Singapura…. Semoga bukan mimpi.
Selamat untuk pak Ridwan Kamil, ini masukan hanya dari seorang warga kota yang menaruh harapan besar kepada Bapak. Selamat bekerja, kami selalu dibelakang Bapak!
Comments