Anjing Kata yang Jelek, Bahkan untuk Anjing

Di Jawa Barat, Bandung tepatnya, anak muda punya bahasa slang khusus yaitu menyelipkan kata ‘anjing’ (juga ‘goblog') disetiap kalimat layaknya penggunaan koma dan titik. Kata anjing ini juga melengkapi penggunaan kata 'aing' dan 'maneh' yang konon untuk melawan derasnya arus gue – elo yang sering diucapkan komik-komik itu…

Dog
gambar dari flickr

Penggunaan kata anjing ini saya perhatikan ada dua macam penggunaan, penggunaan pertama kata ‘anjing’ yang menggambarkan keakraban, jadi hanya digunakan untuk teman yang betul-betul akrab, sehingga mereka tidak akan marah walau dipanggil anjing.


Contoh 1:
@ilhamsujana_: Salah aing :'("""/salah saya
@Nugrahalan: Da maneh mah salah waeee"/kamu salah melulu
@ilhamsujana_: Na maneh nyambung wae anjing/kenapa kamu ikut campur ‏
@Nugrahalan Bae we =D/" / biarin

Contoh 2
"hayu ANJING aing kaditu ayeuna lamun eweh sia banci setan da maneh mah ulin jeung indung weh ka tsm shopping meuli sapatu anting=))" (terj: ayo saya kesana sekarang kalau kamu tidak ada kamu banci kamu main dengan ibu terus ke TSM belanja sepatu anting(?))

Pada penggunaan anjing untuk keakraban ini, kata anjing biasanya disamarkan jadi anying.

Penggunaan kedua: penggunaan kata anjing untuk memaki. Ini barangkali ada didaerah lain selain yang berbahasa sunda. Contoh: "Urang mah kurang nyaah naon sok ka maneh ,ai maneh na kie ka aing , sia lamun ngarasaan siga aing mah maneh ges moal kuat ANJING !" (terj: saya kurang sayang bagaimana kepadamu, sementara kamu begini ke saya, kamu kalau merasakan seperti saya tidak akan kuat, anj*ng)

Yang tidak saya mengerti, mengapa anjing jadi kata makian dan menjadi kata yang walaupun bermakna akrab, hanya bisa diterima dipergaulan sosial tertentu saking terdengar kasarnya. Terus terang pertanyaan ini muncul setelah saya punya anjing. Menurutku, seharusnya manusia tidak marah kalau dimaki anjing. Mereka binatang yang sangat lucu mau tidak mau kamu pasti akan mencintai mereka. Anjing kan setia, mengikutimu kemanapun kamu pergi, mendorongmu untuk melakukan hal yang sehat seperti bangun pagi dan mengajak mereka jalan-jalan, memandangmu dengan matanya yang inosen, bulunya juga enak untuk dielus-elus… 

Secara kebetulan, dalam perbincangan saya dengan bapak pedagang ayam di pasar yang bertanya mengapa saya perlu membeli banyak kepala ayam secara rutin (itu waktu anjing saya masih suka masakan saya – sekarang dia lebih pilih kepala ayam dari tukang ayam goreng) dan saya jawab untuk anjing saya. Sang Bapak menjawab: “Bapak juga suka hewan”. Setelah saya korek-korek yang dimaksud hewan oleh si Bapak tukang jual ayam adalah anjing. Saya cukup terkesan dengan perbincangan tersebut. Setiap bertemu dengan Bapak itu dia selalu bercerita kalau dulu dia punya banyak ‘hewan’, tapi sekarang sudah tidak punya, apalagi setelah dia membangun mesjid…

Okei…. Jadi, sekarang untuk menyebut anjing, Bapak itu memakai kata ‘hewan’…

Saya juga perhatikan kalau saya mengajak anjing saya, Brodi jalan-jalan, banyak anak kecil (bayi, karena yang agak besar biasanya langsung lari-lari ketakutan) ) yang terkesan, dan oleh orang tua yang membawanya biasa diucapkan: “itu lihat ada Guguk..” atau “tuh ada Gogog besar..” tapi tidak ada yang bilang :” lihat itu ada anjing cakep..”

Jadi kata anjing pada ajing sudah di eufimisme menjadi hewan, guguk, atau gogok.

Setelah saya perhatikan, sayapun menyebut anjing saya dengan guguk, misalnya saya baru pulang, saya akan bertanya: "apakah ada guguk bernama Brodiiiii???" Dan Brodipun muncul bangun dari tidurnya sambil yoga dulu (itu posisi kaki depan diregangkan ke depan bagian belakang diangkat..) menyambut saya..

Atau.. : "mana ni gogog cakep? Maca gogog cakep belekan? " (sambil bersihin belek brodi, entah kenapa saya pakai bahasa bayi itu kalau bicara dengan ci Blodi?)

Contoh-contoh diambil dari twitter.

Comments