Pada suatu hari, saya memutuskan untuk membuat kebun sayur di depan rumah. Keinginan untuk mulai hidup sehat dengan mengkonsumsi sayuran dan hewan organik, dan juga karena pengaruh dari gerakan berkebun yang banyak dilihat di sosmed, membuat saya tertarik untuk mencobanya. Apalagi didepan rumah masih ada cukup lahan untuk bertanam, tanpa perlu menanamnya secara vertikal.
Sebelum proyek bercocok tanam ini dimulai, saya memang sudah membuat kompos dari sampah dapur selama 4 tahunan, jadi kompos sudah tersedia gratis. Proyek ini juga diusahakan menggunakan material yang ada untuk penghematan juga untuk menerapkan slogan ‘kurangi, pakai-ulang dan daur-ulang’ tea.
Persiapan
Lahan. Waktu dan biaya paling banyak ada di tahap persiapan.Setelah mencari-cari referensi diputuskan untuk membuat bedengan naik (raised bed). Kelebihannya gulma mudah dijinakkan dan tidak tergenang kalau hujan. Cari posisi yang cukup terkena matahari. Upah menebang pohon palem dan membuat bedengan kurang lebih 200 rb.
1. Halaman depan yang tadinya ditanam tanaman hias dibersihkan dan ditebang.
2. Lalu dibuat bedengan selebar 60 cm x 3 meter dengan dibatasi oleh genteng bekas yang menumpuk dibelakang rumah. Dibagian luar genteng dipasang penahan dari bambu dan diikat dengan rafia supaya genteng tidak rebah kalau bedeng sudah diisi tanah.
3. Bedengan yang sudah dibatasi genteng diisi tanah subur (karena di Bandung diambilnya dari Lembang) sebanyak 1 kolt, harganya kalau tidak salah 275 rb.
4. Tanah ditabur dengan kompos sampah dapur yang sudah dikeringkan.
Bibit. Karena pernah lewat, saya tahu ada tempat yang menjual bibit dan perlengkapan urban farming didaerah Sarijadi. Maka disana dibelilah benih: kangkung darat, bayam, cabe rawit, cabe keriting, ketimun, caisim dll. Satu pak harganya berkisar Rp 6 rb – 15 rb an cocok untuk pemula. Kalau beli dari toko pertanian biasanya mereka menjual untuk kelas hektaran. Banyak toko online yang menjual benih sayuran skala kecil.
Menanam
Awalnya saya membibitkan dulu benih-benih tersebut. Dalam wadah-wadah plastik yang dilubangi dan diberi kompos bibit saya tebar lalu disiram. Setelah 2 hari mulai terlihat kecambah-kecambah hijau yang menyembul. Setelah seminggu lebih dicoba untuk memindahkan tanaman ke bedengan yang sudah dibuat. Tapi hasilnya kurang memuaskan, banyak yang mati layu.
Setelah itu dicoba langsung menaburkan benih di bedengan, hasilnya memuaskan. Bayam dan caisim tumbuh subur berhimpitan mencari matahari.
Perawatan
Sebetulnya sama saja dengan perawatan tanaman hias bagi yang pernah memelihara tanaman hias. Disiram sekali sehari, sebaiknya pagi hari sebelum matahari terik. Berhubung ini inginnya pertanian organik, tanamannya tidak saya pupuk, hanya secara berkala saya taburkan kompos dari sampah dapur disela-sela tanaman. Setelah bibit mulai disebar tidak banyak waktu yang tersita untuk merawat sayuran ini. Setelah menyiram langsung cabut rumput-rumput liar (gulma) selagi masih kecil-kecil, lebih mudah dan tidak merepotkan.
Panen
Ini saat yang paling membahagiakan. Tidak begitu lama, paling sebulan ketimun sudah bisa dipanen. Lalu tidak terasa setiap hari kita bisa panen bayam, kangkung, caisim. Untuk cabe agak lebih lama … sampai sekarang pun saya belum pernah panen, barangkali beberapa bulan lagi.
Untuk bayam dan kangkung kalau petani panen langsung dicabut dari akarnya, berhubung untuk konsumsi sendiri bisa dipotong saja dari batang utamanya, nanti bercabang dan tumbuh lagi, bisa dipanen lagi walaupun ukurannya jadi agak kecil-kecil.
Begitulah langkah-langkah untuk bertani dihalaman rumah. Total biaya kurang lebih Rp 600 rb. Silakan dimodifikasi sendiri sesuai keadaan.
Berkebun dihalaman rumah sangat menyenangkan, kami bisa mendapatkan sayuran segar semaunya. Daunan segar yang baru dipetik tidak ragu untuk dimakan mentah bersama roti atau dijadikan salad. Bahkan, sekarang saya ingin menambah dengan bedengan baru...masih banyak yang belum ditanam! Proyek berikutnya: kolam ikan mas…. atau malahan kandang ayam? hehe...
Sebelum proyek bercocok tanam ini dimulai, saya memang sudah membuat kompos dari sampah dapur selama 4 tahunan, jadi kompos sudah tersedia gratis. Proyek ini juga diusahakan menggunakan material yang ada untuk penghematan juga untuk menerapkan slogan ‘kurangi, pakai-ulang dan daur-ulang’ tea.
Persiapan
Lahan. Waktu dan biaya paling banyak ada di tahap persiapan.Setelah mencari-cari referensi diputuskan untuk membuat bedengan naik (raised bed). Kelebihannya gulma mudah dijinakkan dan tidak tergenang kalau hujan. Cari posisi yang cukup terkena matahari. Upah menebang pohon palem dan membuat bedengan kurang lebih 200 rb.
Halaman sebelum diapa-apakan |
1. Halaman depan yang tadinya ditanam tanaman hias dibersihkan dan ditebang.
2. Lalu dibuat bedengan selebar 60 cm x 3 meter dengan dibatasi oleh genteng bekas yang menumpuk dibelakang rumah. Dibagian luar genteng dipasang penahan dari bambu dan diikat dengan rafia supaya genteng tidak rebah kalau bedeng sudah diisi tanah.
Membuat bedeng dengan pembatas genteng bekas |
3. Bedengan yang sudah dibatasi genteng diisi tanah subur (karena di Bandung diambilnya dari Lembang) sebanyak 1 kolt, harganya kalau tidak salah 275 rb.
Bedengan diisi tanah subur |
4. Tanah ditabur dengan kompos sampah dapur yang sudah dikeringkan.
Bibit. Karena pernah lewat, saya tahu ada tempat yang menjual bibit dan perlengkapan urban farming didaerah Sarijadi. Maka disana dibelilah benih: kangkung darat, bayam, cabe rawit, cabe keriting, ketimun, caisim dll. Satu pak harganya berkisar Rp 6 rb – 15 rb an cocok untuk pemula. Kalau beli dari toko pertanian biasanya mereka menjual untuk kelas hektaran. Banyak toko online yang menjual benih sayuran skala kecil.
Benih dari Fam Organic Sarijadi |
Menanam
Awalnya saya membibitkan dulu benih-benih tersebut. Dalam wadah-wadah plastik yang dilubangi dan diberi kompos bibit saya tebar lalu disiram. Setelah 2 hari mulai terlihat kecambah-kecambah hijau yang menyembul. Setelah seminggu lebih dicoba untuk memindahkan tanaman ke bedengan yang sudah dibuat. Tapi hasilnya kurang memuaskan, banyak yang mati layu.
Caisim dan bayam tumbuh subur |
Setelah itu dicoba langsung menaburkan benih di bedengan, hasilnya memuaskan. Bayam dan caisim tumbuh subur berhimpitan mencari matahari.
Perawatan
Sebetulnya sama saja dengan perawatan tanaman hias bagi yang pernah memelihara tanaman hias. Disiram sekali sehari, sebaiknya pagi hari sebelum matahari terik. Berhubung ini inginnya pertanian organik, tanamannya tidak saya pupuk, hanya secara berkala saya taburkan kompos dari sampah dapur disela-sela tanaman. Setelah bibit mulai disebar tidak banyak waktu yang tersita untuk merawat sayuran ini. Setelah menyiram langsung cabut rumput-rumput liar (gulma) selagi masih kecil-kecil, lebih mudah dan tidak merepotkan.
Kompos buatan sendiri |
Ini saat yang paling membahagiakan. Tidak begitu lama, paling sebulan ketimun sudah bisa dipanen. Lalu tidak terasa setiap hari kita bisa panen bayam, kangkung, caisim. Untuk cabe agak lebih lama … sampai sekarang pun saya belum pernah panen, barangkali beberapa bulan lagi.
Horee panen! |
Untuk bayam dan kangkung kalau petani panen langsung dicabut dari akarnya, berhubung untuk konsumsi sendiri bisa dipotong saja dari batang utamanya, nanti bercabang dan tumbuh lagi, bisa dipanen lagi walaupun ukurannya jadi agak kecil-kecil.
Ketimun organik lho.. |
Begitulah langkah-langkah untuk bertani dihalaman rumah. Total biaya kurang lebih Rp 600 rb. Silakan dimodifikasi sendiri sesuai keadaan.
Berkebun dihalaman rumah sangat menyenangkan, kami bisa mendapatkan sayuran segar semaunya. Daunan segar yang baru dipetik tidak ragu untuk dimakan mentah bersama roti atau dijadikan salad. Bahkan, sekarang saya ingin menambah dengan bedengan baru...masih banyak yang belum ditanam! Proyek berikutnya: kolam ikan mas…. atau malahan kandang ayam? hehe...
Roti isi telur dengan daun bayam |
Comments