Semenjak postingan ini Yoga Untuk Menghilangkan Migren saya rutin beryoga setiap hari. Memang yoga yang saya lakukan tidak didampingi instruktur, saya hanya mendownload banyak sekali video yoga dari ‘guru’ yoga saya kagumi Ester Eckhart dari yogatic.
Setiap pagi saya melakukan surya namaskara dua ulangan, diikuti dengan berbagai ‘asana’/pose yang didapat dari video, tidak lupa menghembuskan dan menarik nafas sesuai dengan petunjuk guru virtualku Ester.
Yoga membuat hari saya lebih bersemangat, sesudah yoga sejam setiap pagi migren yang rutin saya idap hilang selama sebulan dan waktu saya terserang lagi itu Cuma migren ringan yang hilang sesudah beberapa jam saja. Nyeri perut dan migren pre menstrual yang biasanya selalu mampir setiap bulan juga menghilang. Saya hanya berhenti yoga ketika sedang berhalangan saja.
Terus terang dalam melakukan yoga ini saya ingin sekali bisa posisi yoga yang sulit, seperti headstand (kepala dibawah) atau posisi gagak (badan berjongkok bertumpu pada dua tangan). Untuk keinginan itu saya berusaha melakukan posisi yoga untuk menguatkan tangan dan perut, dan kefleksibelan kaki. Setelah dua bulan saya merasa lebih lentur, posisi mencium telapak kaki sudah bisa dilakukan tanpa merasa keram perut. Saya juga sudah bisa posisi ‘burung surga’ dan ‘prajurit 3’ yang membutuhkan kesetimbangan satu kaki.
Pernah dalam usaha melakukan ‘side plank’ (papan miring) yaitu badan bertumpu pada satu tangan menghadap satu sisi saya kesakitan sekali karena pergelangan tangan sakiiit sekali dan saya berhenti melakukan posisi ini, gantinya saya bertumpu pada siku. Saya senang sekali bisa posisi ini dan berharap lengan atas bisa kuat dan berotot ;)
Beberapa minggu yang lalu waktu sedang mengantar saudara ke rumah sakit kami harus naik turun tangga keberbagai tempat. Disitu saya menyadari bahwa kalau turun tangga lutut kiri saya linu sekali sehingga harus turun tangga perlahan seperti nenek-nenek. Saya menyadari waktu saya melakukan ‘warrior 3’ lutut saya pernah nyeri seperti ini.
Kejadian selanjutnya ketika saya mengendarai motor kewarung dekat rumah, setelahnya saya merasa nyeri ditangan, malahan yang kanan seperti ‘kecengklik’, nyeri kalau pergelangannya diputar-putar. Setelah itu tulang pergelangan tampak menonjol seperti bengkak dan agak kemerahan. Saya balur dengan balsam hangat sambil bertanya-tanya apa yang terjadi dengan diri saya.
Saya perhatikan sesudah naik motor itu kedua tangan nyeri, kedua tulang pergelangan bagian luar agak membengkak walaupun yang kanan yang lebih parah. Siku kiri juga terasa nyeri kalau ditekan. Saya betul-betul panik, apa saya kena arthritis?
Yoga jadi tersangka utama saya dalam penyebab nyeri-nyeri tulang ini. Sebelumnya saya sama sekali tidak pernah mengalami gejala arthritis, walaupun dulu memang pernah kena CTS dan nyeri lutut kiri akibat mountaibike yang sudah bertahun-tahun tidak pernah kembali, mendadak sekarang seperti semua persendian meradang. Setelah itu google menjadi tujuan saya dengan kata kunci ‘yoga injuries’.
Hasil pencarian cukup mengagetkan. Artikel ‘How Yoga Can Wreck Your Body’ di New York Times yang dipublikasikan tanggal 12 Januari 2012 menceritakan tentang cedera-cedera yang diakibatkan yoga,dan instruktur yoga yang menjadi narasumber bernama Black mengatakan: ”jangan melakukan yoga”.
Ada publikasi di the British Medical Journal tahun 1972 dari seorang dokter syaraf Oxford bahwa, walaupun jarang, beberapa posisi yoga mengakibatkan stroke pada orang yang masih muda dan sehat. Gerakan ekstrim pada kepala dan leher (seperti memutar leher berlebihan) dapat melukai arteri tulang belakang, menghasilkan gumpalan, pembengkakan dan penyempitan dan akhirnya merusak otak.
Pada tahun 1973 ada kasus aneh yang diterbitkan oleh Cornell University tentang seorang perempuan berusia 28 tahun yang sehat mengalami stroke ketika melakukan posisi yoga ‘roda’ atau ‘busur terbalik’ (kita tahu posisi ini sebagai breug dipelajaran olahraga sekolah). Untuk yogi (pelaku yoga) yang lebih ahli posisi ini diteruskan dengan menaikkan badan dan bertelekan pada puncak kepala. Ketika sedang menyeimbangkan kepala dan lehernya dibengkokan jauh kebelakang dia mengalami ‘nyeri kepala yang menghujam hebat’. Dia tidak bisa berdiri dan harus dituntun untuk berjalan. Ketika dibawa ke rumah sakit semua indikasi menunjukkan bahwa ia terkena stroke.
Timothy Call seorang dokter yang editor di Yoga Journal mengatakan bahwa posisi headstand (kepala dibawah) terlalu berbahaya untuk diterapkan dikelas yoga umum. Dia menemukan bahwa posisi ini menyebabkan kesemutan di tangan kanan dan kebas sporadic. Ketika berhenti melakukan ini gejala-gejala tersebut menghilang. Dia juga mencatat bahwa posisi ini mengakibatkan arthritis di cervix tulang belakang dan mata berair(akibat tekanan pada bola mata). Dia menyimpulkan bahwa akibat negatif dari ‘headstand’ bisa membahayakan.
Publikasi ini sudah cukup untuk membuat saya berhenti beryoga. Saya menyadari bahwa tulisan ini bisa sangat mengganggu bagi para pelaku dan guru yoga. Barangkali semua gejala yang saya alami berhubungan dengan faktor-faktor khusus misalnya usia atau riwayat cedera yang sudah lama, tapi tetap saya merasa tetap berkewajiban untuk memperlihatkan yoga dari sisi yang lain. Kutipan dari Glen Black guru yoga yang jadi narasumber ditulisan NYT ini: " Asana (posisi yoga) bukanlah obat mujarab untuk semua penyakit. Bahkan, jika Anda melakukannya dengan ego atau obsesi, akan berakhir dengan masalah".
------
Artikel balasan tulisan NYT dari guru yoga tentan gresiko cedera klik DISINI.
Setiap pagi saya melakukan surya namaskara dua ulangan, diikuti dengan berbagai ‘asana’/pose yang didapat dari video, tidak lupa menghembuskan dan menarik nafas sesuai dengan petunjuk guru virtualku Ester.
Yoga membuat hari saya lebih bersemangat, sesudah yoga sejam setiap pagi migren yang rutin saya idap hilang selama sebulan dan waktu saya terserang lagi itu Cuma migren ringan yang hilang sesudah beberapa jam saja. Nyeri perut dan migren pre menstrual yang biasanya selalu mampir setiap bulan juga menghilang. Saya hanya berhenti yoga ketika sedang berhalangan saja.
Terus terang dalam melakukan yoga ini saya ingin sekali bisa posisi yoga yang sulit, seperti headstand (kepala dibawah) atau posisi gagak (badan berjongkok bertumpu pada dua tangan). Untuk keinginan itu saya berusaha melakukan posisi yoga untuk menguatkan tangan dan perut, dan kefleksibelan kaki. Setelah dua bulan saya merasa lebih lentur, posisi mencium telapak kaki sudah bisa dilakukan tanpa merasa keram perut. Saya juga sudah bisa posisi ‘burung surga’ dan ‘prajurit 3’ yang membutuhkan kesetimbangan satu kaki.
Pernah dalam usaha melakukan ‘side plank’ (papan miring) yaitu badan bertumpu pada satu tangan menghadap satu sisi saya kesakitan sekali karena pergelangan tangan sakiiit sekali dan saya berhenti melakukan posisi ini, gantinya saya bertumpu pada siku. Saya senang sekali bisa posisi ini dan berharap lengan atas bisa kuat dan berotot ;)
Beberapa minggu yang lalu waktu sedang mengantar saudara ke rumah sakit kami harus naik turun tangga keberbagai tempat. Disitu saya menyadari bahwa kalau turun tangga lutut kiri saya linu sekali sehingga harus turun tangga perlahan seperti nenek-nenek. Saya menyadari waktu saya melakukan ‘warrior 3’ lutut saya pernah nyeri seperti ini.
Kejadian selanjutnya ketika saya mengendarai motor kewarung dekat rumah, setelahnya saya merasa nyeri ditangan, malahan yang kanan seperti ‘kecengklik’, nyeri kalau pergelangannya diputar-putar. Setelah itu tulang pergelangan tampak menonjol seperti bengkak dan agak kemerahan. Saya balur dengan balsam hangat sambil bertanya-tanya apa yang terjadi dengan diri saya.
Saya perhatikan sesudah naik motor itu kedua tangan nyeri, kedua tulang pergelangan bagian luar agak membengkak walaupun yang kanan yang lebih parah. Siku kiri juga terasa nyeri kalau ditekan. Saya betul-betul panik, apa saya kena arthritis?
Yoga jadi tersangka utama saya dalam penyebab nyeri-nyeri tulang ini. Sebelumnya saya sama sekali tidak pernah mengalami gejala arthritis, walaupun dulu memang pernah kena CTS dan nyeri lutut kiri akibat mountaibike yang sudah bertahun-tahun tidak pernah kembali, mendadak sekarang seperti semua persendian meradang. Setelah itu google menjadi tujuan saya dengan kata kunci ‘yoga injuries’.
Hasil pencarian cukup mengagetkan. Artikel ‘How Yoga Can Wreck Your Body’ di New York Times yang dipublikasikan tanggal 12 Januari 2012 menceritakan tentang cedera-cedera yang diakibatkan yoga,dan instruktur yoga yang menjadi narasumber bernama Black mengatakan: ”jangan melakukan yoga”.
Ada publikasi di the British Medical Journal tahun 1972 dari seorang dokter syaraf Oxford bahwa, walaupun jarang, beberapa posisi yoga mengakibatkan stroke pada orang yang masih muda dan sehat. Gerakan ekstrim pada kepala dan leher (seperti memutar leher berlebihan) dapat melukai arteri tulang belakang, menghasilkan gumpalan, pembengkakan dan penyempitan dan akhirnya merusak otak.
Pada tahun 1973 ada kasus aneh yang diterbitkan oleh Cornell University tentang seorang perempuan berusia 28 tahun yang sehat mengalami stroke ketika melakukan posisi yoga ‘roda’ atau ‘busur terbalik’ (kita tahu posisi ini sebagai breug dipelajaran olahraga sekolah). Untuk yogi (pelaku yoga) yang lebih ahli posisi ini diteruskan dengan menaikkan badan dan bertelekan pada puncak kepala. Ketika sedang menyeimbangkan kepala dan lehernya dibengkokan jauh kebelakang dia mengalami ‘nyeri kepala yang menghujam hebat’. Dia tidak bisa berdiri dan harus dituntun untuk berjalan. Ketika dibawa ke rumah sakit semua indikasi menunjukkan bahwa ia terkena stroke.
Timothy Call seorang dokter yang editor di Yoga Journal mengatakan bahwa posisi headstand (kepala dibawah) terlalu berbahaya untuk diterapkan dikelas yoga umum. Dia menemukan bahwa posisi ini menyebabkan kesemutan di tangan kanan dan kebas sporadic. Ketika berhenti melakukan ini gejala-gejala tersebut menghilang. Dia juga mencatat bahwa posisi ini mengakibatkan arthritis di cervix tulang belakang dan mata berair(akibat tekanan pada bola mata). Dia menyimpulkan bahwa akibat negatif dari ‘headstand’ bisa membahayakan.
Publikasi ini sudah cukup untuk membuat saya berhenti beryoga. Saya menyadari bahwa tulisan ini bisa sangat mengganggu bagi para pelaku dan guru yoga. Barangkali semua gejala yang saya alami berhubungan dengan faktor-faktor khusus misalnya usia atau riwayat cedera yang sudah lama, tapi tetap saya merasa tetap berkewajiban untuk memperlihatkan yoga dari sisi yang lain. Kutipan dari Glen Black guru yoga yang jadi narasumber ditulisan NYT ini: " Asana (posisi yoga) bukanlah obat mujarab untuk semua penyakit. Bahkan, jika Anda melakukannya dengan ego atau obsesi, akan berakhir dengan masalah".
------
Artikel balasan tulisan NYT dari guru yoga tentan gresiko cedera klik DISINI.
Comments
terima kasih